Sabtu, 08 Maret 2025

 BISAKAH KITA?

Aku tak tahu seberapa panjang jalan yang harus kita tempuh sebelum akhirnya duduk berdampingan di bawah langit yang sama. Tapi aku percaya, takdir sedang bekerja dengan caranya sendiri—mengarahkan langkah-langkah kecil yang tanpa sadar mendekatkan kita. Aku tak meminta semesta untuk segera mempertemukan kita, aku hanya memohon agar ketika saatnya tiba, aku dan kamu adalah versi terbaik dari diri masing-masing. Karena kita bukan kisah yang tergesa-gesa, melainkan cerita yang ditulis dengan sabar oleh tangan Tuhan sendiri.

Malam-malamku dipenuhi dengan doa, menyebut namamu dalam hening yang hanya bisa didengar oleh langit. Aku percaya, tak ada yang terlalu jauh bagi tangan-Nya, tak ada yang mustahil bagi kehendak-Nya. Jika aku harus menunggu seribu purnama lagi, aku akan melakukannya dengan sepenuh hati. Karena aku tahu, ada janji yang sedang Dia jaga, ada rindu yang sedang Dia rangkai, dan ada aku yang selalu mengangkat kedua tangan untuk merayu-Nya—agar kelak, di waktu yang paling indah, kita benar-benar dipertemukan, bukan sebagai orang asing yang saling menunggu, tetapi sebagai dua hati yang akhirnya menemukan rumahnya.

 M

Menunggu seseorang untuk jatuh cinta itu seperti menanti senja di hari yang mendung. Kau tahu seharusnya ada cahaya jingga yang muncul di ufuk barat, tapi awan terlalu pekat untuk memberimu kepastian. Kau tetap duduk di sana, menatap langit yang abu-abu dengan harapan yang perlahan pudar. Sesekali, angin bertiup membawa kenangan dan angan-angan yang belum sempat tumbuh sempurna. Kau bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku menunggu sesuatu yang memang ditakdirkan untukku, atau hanya bertahan pada sesuatu yang seharusnya kulepaskan?"

Hari-hari berlalu, dan kau masih berdiri di tempat yang sama. Mencari tanda, menafsirkan tatapan, berharap ada isyarat kecil yang bisa kau yakini sebagai jawaban. Tapi cinta, sebagaimana yang selalu diceritakan dalam buku-buku, tak pernah bisa dipaksa, tak bisa dikejar seperti bayangan yang menjauh saat didekati. Pada akhirnya, kau hanya bisa bertahan sejauh hatimu sanggup. Sampai suatu hari, mungkin tanpa sadar, kau lelah dan berhenti menunggu. Dan di saat itulah, mungkin—tanpa rencana, tanpa permisi—seseorang akhirnya datang, bukan karena ditunggu, tetapi karena memang seharusnya ada.