M
Menunggu seseorang untuk jatuh cinta itu seperti menanti senja di hari yang mendung. Kau tahu seharusnya ada cahaya jingga yang muncul di ufuk barat, tapi awan terlalu pekat untuk memberimu kepastian. Kau tetap duduk di sana, menatap langit yang abu-abu dengan harapan yang perlahan pudar. Sesekali, angin bertiup membawa kenangan dan angan-angan yang belum sempat tumbuh sempurna. Kau bertanya pada diri sendiri, "Apakah aku menunggu sesuatu yang memang ditakdirkan untukku, atau hanya bertahan pada sesuatu yang seharusnya kulepaskan?"Hari-hari berlalu, dan kau masih berdiri di tempat yang sama. Mencari tanda, menafsirkan tatapan, berharap ada isyarat kecil yang bisa kau yakini sebagai jawaban. Tapi cinta, sebagaimana yang selalu diceritakan dalam buku-buku, tak pernah bisa dipaksa, tak bisa dikejar seperti bayangan yang menjauh saat didekati. Pada akhirnya, kau hanya bisa bertahan sejauh hatimu sanggup. Sampai suatu hari, mungkin tanpa sadar, kau lelah dan berhenti menunggu. Dan di saat itulah, mungkin—tanpa rencana, tanpa permisi—seseorang akhirnya datang, bukan karena ditunggu, tetapi karena memang seharusnya ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar